Jumat, 05 Maret 2010

“READINESS” DALAM HAL BELAJAR

“READINESS” DALAM HAL BELAJAR

1. Pengertian dan Prinsip-Prinsip Pembentukan Readiness
Ada orang yang mengartikan readiness sebagi kesiapan atau kesediaan seseorang untuk berbuat sesuatu. Seorang ahli bernama Cronbach memberikan pengertian tentang readiness sebagi segenap sifat atau kekuatan yang membuat seseorang dapat bereaksi dengan cara tertentu.
Readiness dalam belajar melibatkan beberapa faktor yang bersama-sama membentuk readiness, yaitu:
1) Perlengkapan dan pertumbuhan fisiologis; ini menyangkut pertumbuhan terhadap kelengkapan pribadi seperti tubuh pada umumnya, alat-alat indera, dan kapasitas intelektual.
2) Motivasi; yang menyangkut kebutuhan, minat serta tujuan-tujuan individu untuk mempertahankan serta mengembangkan diri. Motivasi berhubungan dengan sistem kebutuhan dalam diri manusia serta tekanan-tekanan lingkungan.
Dengan demikian, readiness seseorang itu senantiasa mengalami perubahan setiap hari sebagai akibat dari dari pada pertumbuhan dan perkembangan fisiologis individu serta adanya desakan-desakan dari lingkungan seseorang itu.
Adapun prinsip-prinsip bagi perkembangan readiness adalah sebagi berikut:
1) Semua aspek pertumbuhan berinteraksi dan bersama membentuk readiness.
2) Pengalaman seseorang ikut mempengaruhi pertumbuhan fisiologis individu.
3) Pengalaman mempunyai efek kumulatif dalam perkembangan fungsi-fungsi kepribadian individu, baik yang jasmaniah maupun yang rohaniah.
4) Apabila readiness untuk melaksanakan kegiatan tertentu terbentuk pada diri seseorang, maka saat-saat tertentu dalam kehidupan seseorang merupakan masa formatif bagi perkembangan pribadinya.

2. Kematangan Sebagai Dasar Dari Pada Pembentukan Readiness
Perubahan jasmani memerlukan bantuan “motor learning” agar pertumbuhan itu mencapai kematangan. Kematangan ataupun kondisi fisik baru akan memperoleh pengakuan sosial, apabila individu yang bersangkutan mengusahakan “social learning” (belajar berinteraksi dengan orang lain atau kelompok serta menyesuaikan diri dengan nilai-nilai serta minat-minat kelompok).
a. Dasar-dasar biologis tingkahlaku
Tingkahlaku individu di dasari oleh pertumbuhan biologisnya. System saraf merupakan penggerak tingkahlaku manusia secara biologis. System saraf terdiri dari atas komposisi sel-sel yang disebut neurons. Tiap-tiap neuron mengandung tenaga yang berasal dari proses kimiawi dan elektrinik. Apabila mendapat stimulasi, neurons melepaskan dorongan-dorongan elektronis yang merangsang gerakan neurons lainnya guna merangsanggerakan urat-urat dan otot-oto tubuh.
Kesadaran individu terhadap stimuli di alam sekitar maupun di alam tubuh dipimpin oleh aktivita sel-sel khusus di dalam system saraf yang disebut “receptors”
Reaksi-reaksi terhadap setisp stimulus hanya melalui mekanisme-mekanisme gerakan atau reaksi tubuh yang terdiri dari 5 macam mekanisme reaksi:
1) Striated muscle
2) Smooth muscle
3) Cardiac muscle
4) Duct glands
5) Ductless glands
Tingkahlaku manusia dapat terbagi atas dua macam reaksi yaitu:
1) “Respondent behavior”; yaitu tingkahlaku bersyarat dan tidak disengaja, selalu tergantung kepada stimuli.
2) “Operant behavior”; yaitu tingkahlaku disengaja dan tidak sealu tergantung kepada stimuli.
b. Perubahan-perubahan dalam otak yang menimbulkan kematangan
Setelah otak menjadi masak mengalami perubahan fisik pada manusia. Perubahan ini dapat menimbulkan tingkahlaku baru yang tak terduga sebelumnya. Urat-urat saraf dalam otak mempunyai “electrical conductors”. Untuk pengiriman messages ke tempat-tempat yang tetap perlu ada isolasi otak, isolasi itu disebut “myelin” (pembungkus) saluran urat saraf.
Perkembangan struktur dan fungsi otak nampak sempurna atau hampir sempurna pada saat anak tiba saatnya masuk sekolah dasar. Pada umur-umur setelah 6 tahun, terjadilah perubahan-perubahan penting dalam struktur otak, namun perkembangan kapasitas mental lebih banyak diakibatkan oleh karena pengalaman atau belajar.
c. Kematangan membentuk readiness
Kematangan disebabkan karena perubahan “genes” yang menentukan perkembangan struktur fisiologis dengan system saraf, otak, dan indera sehingga semua itu memungkinkan individu matang mengadakan reaksi-reaksi terhadap setiap stimulus lingkungan.menurut English & English, kematangan didefenisikan sebagai berikut:
“Maturity is the state or condition of complete or adult form, structure, and function ofan organism, whether in respect to a single trai or, more often, all traits”. (English & English, 1958:308)
Kematangan ialah kedaan atau kondisi bentuk, struktur, dan fungsi yang lengkap atau dewasa pada suatu organisme, baik terhadap suatu sifat, bahkan seringkali semua sifat.
Dalam proses kematangan terdapat tiga hal pokok:
1) Kematangan mengandung arti bahwa tidak semua perubahan dan kemajuan yang kita lihat pada anak terjadi karena pengaruh lingkungan, terutama pendidikan dan pengajaran, tetapi sebagian besar terjadi karena perkembangan dari dalam diri anak.
2) Proses kematangan terjadi melalui beberapa tingkat atau fase terlepas dari bakat dan individu yang bersangkutan tidak ada fase yang tidak muncul atau bertukar nomir dalam urutannya.
3) Sebagian besar dari proses perkembangan psikis pada anak hendaklah dipandang sebagai suatu kerjasama yang kompleks antara kematangan batiniah dan hasil belajar yang diberikan oleh lingkungannya.
Kematangan membentuk sifat dan kekuatan dalam diri untuk bereaksi dengan cara tertentu, yang disebut “readiness”. Readiness yang dimaksud yaitu readiness untuk bertingkahlaku, baik tingkahlaku yang instingtif (melalui proses hereditas), maupun tingkahlaku yang dipelajari.

3. Lingkungan atau Kultur Sebagai Penyumbang Pembentukan Readiness
Memang anak mengalami pertumbuhan, dan pertumbuhan fisiknya merupakan penyumbang terpenting bagi pembentukan readiness, akan tetapi kita tidak boleh melupakan, bahwa adalah tidak tumbuh dalam kevacuuman. Perkembangan mereka tergantung pada pengaruh lingkungan dan kultur disamping akigat tumbuhnya pola-pola jasmaniah.
Dalam perkembangan kehidupan individu, lingkungan yang dihadapi atau direaksi semakin luas. Meluasnya lingkunga dapat melalui beberapa cara, antara lain:
1) Perluasan yang paling nyata adalah dalam arah stimulasi fisik anak. Makintua umur manusia makin luas pula medan geografis yang dihadapi, dan arah stimulasinya semakin melebar pula.
2) Manusia yang mengalami perkembangan kapasitas intelektual dan disamping itu pemikiran meningkat, maka dalam hidupnya terjadi banyak perubahan lingkungan. Dengan perkataan lain, lingkungan banyak mengalami perubahan dalam diri manusia, misalnya dalam pengamatannya, kesan-kesannya, ingatannya, imajinasinya, dan yang lebih terpenting adalah dalam pemikirannya.
3) Akibat dari keadaan no. 2) diatas, terjadilah perubahan lingkungan di dalam kemampuam individu membuat keputusan. Dengan adanya perubahan lingkungan di dalam diri manusia ini, maka manusia pun menjadi lebih bebas menggunakan dunia untuk tujuan-tujuan manusia itu. Perubahan lingkungan itu terjadi akibat belajar serta bertambahnya kematangan manusia. Semakin tua atau dewasa, manusiapun semakin merdeka dan bertanggungjawab. Dengan adanya kemampuan mengontrol lingkungan yang lebih luas, maka makin banyaklah kesempatan manusia untuk belajar. Dengan makin banyaknya manusia belajar, maka kematangan tidak semakin berkurang, , melainkan dapat lestari atau bahkan meningkat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar